Senin, 25 Mei 2009

tersesaat di gunung ciremai

KUNINGAN--Tujuh orang pendaki tersesat di Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan. Hingga kini, belum diketahui nasib ketujuh pendaki tersebut.
Tim penyelamat masih berupaya melakukan pencarian terhadap mereka.

Adapun para pendaki itu, yakni Didi Kusmana, warga Rawa Aren, Bekasi.
Dia merupakan ketua regu pendakian. Sementara anggota pendakian terdiri
dari Widhi dan Darso, warga Tambun Bekasi, Abdul Hatni dan Gembong,
warga Bekasi Timur; serta Fredi.

Selain itu, anggota lainnya bernama Iwan, warga Durenjaya Bekasi Timur.
Berdasarkan kontak terakhir dengan petugas dari Taman Nasional Gunung
Ciremai (TNGC), Iwan terjatuh ke dalam jurang dan mengalami luka parah.

Ketujuh pendaki itu diperkirakan menaiki Gunung Ciremai melalui jalur
Palutungan pada Jumat (22/5) siang dan tersesat pada malam harinya.
Pasalnya, petugas dari TNGC sudah mendapatkan laporan mengenai peristiwa
yang menimpa para pendaki tersebut pada Sabtu (23/5).

Kepala TNGC, Muhtadin Nafari, menjelaskan, ketujuh pendaki itu tidak
memiliki izin pendakian. Dia mengatakan, para pendaki tersebut hanya
membeli tiket dari Perum Perhutani untuk berkemah.

™Untuk mendaki, para pendaki harus membeli karcis khusus dan dipandu
oleh pemandu lokal,™รข€™ kata Muhtadin, Ahad (24/5).

Muhtadin mengungkapkan, ketujuh pendaki diketahui hanya membawa sleeping
bed dan satu buah tenda. Selain itu, para pendaki sudah kehabisan
perbekalan makanan.

™Kami khawatir dengan kondisi Iwan (korban yang jatuh ke jurang, red).
Selain terluka parah, Iwan juga baru sembuh dari penyakit thypus,™ tutur
Muhtadin.

Menurut Muhtadin, hingga Sabtu (23/5) malam, pihaknya masih bisa
berkomunikasi dengan para pendaki melalui telefon genggam. Namun,
baterai dari telefon genggam milik pendaki diperkirakan habis sehingga
komunikasi tidak bisa lagi dilakukan.

Muhtadin menjelaskan, para pendaki terakhir kali diketahui di blok
Sanggabuana pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Pada
ketinggian tersebut, sambung dia, tidak terdapat mata air dan para
pendaki pun dipastikan tidak berada di jalur pendakian.

™Kami sudah membentuk tim penyelamat gabungan untuk mencari mereka,™
tandas Muhtadin.

Muhtadin mengatakan, tim gabungan terdiri dari tiga regu, yakni tim
penyelamat yang membawa perbekalan makanan, tim penjemput, dan tim
pemandu. Untuk tim penyelamat, imbuh dia, telah berangkat menuju lokasi
para pendaki sejak Sabtu (23/5) sekitar pukul 22.30 WIB. Diperkirakan
butuh waktu delapan jam pendakian untuk mencapai tempat tersebut.

Sementara itu, tim penjemput telah berangkat pada Ahad (24/5) sekitar
pukul 12.00 WIB. Jika tim tersebut berhasil membawa pulang para pendaki,
maka mereka akan dijemput oleh tim pemandu pada ketinggian 1000 meter
untuk selanjutnya dibawa turun.

Salah seorang anggota tim gabungan, Maman, proses pencarian terhambat
buurknya cuaca di Gunung Ciremai. Sejak Sabtu (23/5) malam, kawasan
Gunung Ciremai diguyur hujan.

Sementara itu, hingga pukul 16.30 WIB, tim gabungan belum memperoleh
kepastian mengenai titik lokasi keberadaan para pendaki. Namun, upaya
pencarian masih terus dilakukan.

Berdasarkan catatan Republika, sejumlah pendaki pernah mengalami
kecelakaan di Gunung Ciremai. Pada 28 Juni 2007, seorang pendaki asal
Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Nurdianto (16) tewas akibat tak kuasa
menahan rendahnya suhu Gunung Ciremai pada ketinggian 2.950 meter di
atas permukaan laut.

Kejadian itu bermula saat korban dan sepuluh temannya mendaki gunung
Ciremai pada Selasa (26/6/2007) sekitar pukul 13.00 WIB. Selain berasal
dari SMKN 1 Jatibarang, sejumlah pendaki lainnya diketahui juga berasal
dari SMUN 1 Sliyeg.

Dalam melakukan pendakian tersebut, mereka tidak melapor dan meminta
izin terlebih dulu kepada petugas. Padahal, saat itu cuaca di gunung
Ciremai tengah tidak bersahabat. Bahkan, pasca kebakaran Oktober 2006
silam, gunung Ciremai telah dinyatakan ditutup sementara untuk aktifitas
pendakian. lis/pur

Minggu, 24 Mei 2009

FENOMENA JATILAWANG

Sekitar tanggal 9 Mei 2009 yang lalu,masyarakat desa Karang Luwas kecamatan jatilawang kabupaten banyumas jawa tengah telah di resah kan oleh fenomena alam yaitu semburan gas alam di area sawah.tapi menurut penuturan salah seorang warga bahwa semburan itu bukan yang pertama kali nya melainkan dulu juga pernah terjadi,tapi masyarakat tidak melaporkan fenomena itu,karna masyarakat menganggap bahwa ituhal yang biasa.
Tapi kali ini masyarakat melapor kepada kepala desa,karena masyarakat mulai mengetahui bahwa hal itu sebuah fenomena alam yang tidak biasa,masyarakat mengetahuai ketika hari itu juga terjadi pembagian gas untuk mastarakat dari pemrintah tentang konversi mitan(minyak tanah) ke gas,jadi mungkin mengangap bahwa fenomena tersebut tidak biasa.
Dalam fenomena ini kepala desa karang luas melapor kepada kecamatan,dari pihak kecamatan langsung menghubungi dinas ESDM(Energi dan sumber daya mineral).seketika itu juga pihak dinas ESDM langsung menanggapi fenomena itu bahkan langsung menghubungi Dinas ESDM Pemrintah DT I Jawa tengah.
Dalam prediksi mereka bahwa di daerah karang luas terjadi fenomena gas alam itu di karenakan gas metan (CH4) yang terangkat melalui celah-celah tanah.pada tanggal 13 mei 2009 tim unsoed langsung ke lokasi untuk memastikan kenapa bisa terjadi semburan gas di daerah karang luas,setelah kami melihat data-data lapangan, meliputi kondisi morfologi, kondisi batuan, struktur geologi serta setting geologi daerah tersebut dalam petageologi dapat kami simpulkan bahwa daerah itu dahulunya sebuah laut transisi yang di perkirakan sebagai penyebab terjadi nya gas alam tersebut.karna di daerah tersebut terdapat nya sungai yang hampir semua batuan nya sedimen yang kami asumsikan bahwa bataun tersebut sebagai key word dalam teka teki gas ala mini.karena dalam semburan gas pertama di temukan nya migrasi tersier yang jenis batuan nya sedimen yang sama di area sungai tersebut.
Jadi kami simpulkan bahwa daerah tersebut berpotensi untuk natural gas.jadi wajar kalau daerah tersebut menyemburkan gas alam.
Dalam teori sistem pembentukan minyak dan gas bumi ada beberapa syarat, sebagai berikut:
1. Terdapatnya batuan induk (source rock ),yaitu batuan sedimaen yang mengandung bahan organic.
2. Batuan induk tersebut mengalami pematangan (diagenesa) yang menyebabkan terbentuknya gas.
3 Adanya migrasi yaitu proses berpindahnya minyak dan gas bumi yang terbentuk di source rock menuju lapisan reservoir.
4. Adanya batuan reservoir yang merupakan batuan sedimen berpori sehingga minyak dan gas bumi dapat tersimpan di situ.
5. Terdapatnya batuan penutup yang merupakan batuan sedimen kedap yang menyebabkan minyak dan gas bumi tidak bias keluar, atau terbentuk sistem perangkap minyak dan gas.
bila sistem perangkap ini mengalami kebocoran, maka minyak dan gas yang terperangkap akan merembes, muncul kepermukaan.

Gambar terjadinya gas alam


Jadi sudah sangat jelas sekali bahwa fenomena alam yang ada di karang luas itu terjadi karena, bocornya sistem perangkap gas yang telah terbentuk didalamnya. adapun sebab-sebab kebocoran sistem perangkap tersebut bisa berupa:

1.Retaknya lapisan batuan penutup.
keretakan ini bisa terjadi karena tekanan gas sudah lebih besar dibandingkan dengan kemampuan elastisistas, plastisitas dan permebilitas batuan penutup. atau bisa juga karena sebab mekanik lainnya misalnya karena usikan dari luar (dibor dll).
2. Volume Gas yang terperangkap telah melebihi kapasitas sistem perangkap.
kelebihan ini yang kemudian bocor atau merembes kepermukaan tanah.

Gas alam yang terbentuk dalam kondisi ini lazim disebut juga sebagai gas rawa, dengan kandungan komposisi gas metana, etana, propane, butane dan belerang. di bawah ini adalah tabel mengenai komponen dan presentase nya

komponen Persentase
Metana 80-90%
Etana 5-15%
Propana dan butana < 5 %


Dengan komposisi seperti itu sebenarnya, gas ini bisa digunakan untuk keperluan industri atau rumah tangga.



Tim unsoed

curug cingongah

Penambangan Pasir dan Ekologi Laut

Penambangan pasir laut telah berkembang menjadi polemik nasional. Dampaknya
seperti nelayan yang kehilangan mata pencarian hingga tenggelamnya sebuah
pulau telah berkembang menjadi bahan pembicaraan di masyarakat.

Secara obyektif pasir laut memang bisa disebut salah satu sumber daya
kelautan yang berkembang menjadi komoditas ekonomi. Namun, penambangan
pasir laut berdampak pada pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Kegiatan
penambangan pasir laut apabila tidak dilakukan di daerah yang tepat dan
dengan cara yang tepat akan berdampak pada lingkungan, baik fisik, biologi,
maupun sosial.


Penambangan pasir laut yang sebagian besar dilakukan di daerah nearshore
dapat mengganggu stabilitas pantai yang selama ini dipahami sebagai
penyebab tenggelamnya sebuah pulau. Bagaimana sebenarnya akibat penambangan
pasir laut terhadap dinamika pantai?

Pantai dikatakan stabil jika untuk waktu lama hampir tak mengalami
perubahan bentuk. Kestabilan pantai ditentukan oleh berbagai faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi arus, gelombang, angin,
maupun pasang surut, sedangkan faktor internal menyangkut karakteristik,
tipe sedimen, serta lapisan dasar di mana sedimen itu berada.

Penggalian pasir pantai akan mengakibatkan dampak berupa perubahan
batimetri, pola arus, pola gelombang, dan erosi pantai. Apabila dasar
perairan digali untuk penambangan pasir, maka permukaan dasar perairan akan
semakin dalam. Dampaknya, lereng pantai menjadi lebih terjal sehingga
menimbulkan ketidakstabilan lereng pantai.

Aktivitas penambangan pasir laut mengakibatkan perubahan pola arus, baik
arus yang diakibatkan oleh pasang surut maupun oleh gelombang, perubahan
energi gelombang, dan perubahan pola sebaran sedimen pantai. Perubahan pola
faktor-faktor eksternal ini dapat berdampak pada pemacuan intensitas erosi.

Mengingat pendalaman dasar perairan depan garis pantai akan
menurunkan/menghilangkan efek peredaman gelombang, energi gelombang yang
menggempur pantai menjadi semakin besar. Selain menurunkan efek peredaman,
pendalaman dasar perairan di sekitar pantai juga menimbulkan perubahan pola
arah gelombang yang lebih dikenal sebagai refraksi.

Di daerah laut dalam, gelombang merambat tidak dipengaruhi dasar laut. Akan
tetapi, di daerah laut transisi dan dangkal penjalaran perambatan gelombang
sangatlah dipengaruhi oleh dasar laut. Refraksi mempunyai pengaruh besar
terhadap distribusi energi gelombang di sepanjang pantai.

Perubahan arah gelombang akibat refraksi akan menghasilkan konvergensi
(konsentrasi) dan divergensi (penyebaran) energi gelombang. Pada titik
terjadinya konsentrasi gelombang, intensitas erosi akan meningkat. Pantai
dikatakan stabil apabila massa sedimen yang ditranspor oleh arus sejajar
pantai dalam jumlah konstan sepanjang pantai.

Penambangan pasir menimbulkan kawah yang bisa mengganggu keseimbangan
transpor sedimen sejajar pantai. Kawah menyebabkan terperangkapnya sedimen
sejajar pantai sehingga jumlah massa sedimen berkurang. Untuk menutupi
defisit ini, gelombang dan arus sejajar pantai berusaha mengerosi dinding
pantai sebelah hilir (downdrift) kawah.

Tipologi pantai

Dampak yang ditimbulkan penambangan pasir laut terhadap perubahan garis
pantai pastilah berbeda, bergantung pada tipe dan material pembentuk
pantai. Secara umum, berdasarkan material penyusunnya, pantai dapat
dibedakan sebagai berikut.

Pertama, pantai berbatu. Biasanya dicirikan dengan dinding pantai terjal
yang langsung berhubungan dengan laut. Pada daerah yang terlindung,
keberadaan tebing pantai ini terdapat agak jauh dari pantai, dengan
karakteristik pantai berpasir. Jenis pantai tebing dapat ditemukan dalam
dua tipe, yaitu tebing karang dengan material lepas yang gampang hancur
atau runtuh dan tebing batuan induk yang umumnya keras dan tidak mudah hancur.

Bentuk tebing pantai umumnya dipengaruhi keadaan alam, yaitu ombak, arus
pantai, angin, atau yang diakibatkan secara tidak langsung oleh kegiatan
manusia di wilayah pantai. Pantai berbatu biasanya tidak mudah tererosi
akibat adanya arus atau gempuran gelombang. Erosi di daerah pantai berbatu
lebih banyak oleh pelapukan batuan atau proses geologi lain dalam waktu
yang relatif lama. Erosi pada material masif (seperti batu atau karang) ini
lebih dikenal dengan nama abrasi.

Kedua, p antai berpasir dan pantai berlumpur. Pantai tipe ini terbentuk
oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan
material organik. Pantai berpasir umumnya banyak dijumpai pada pantai di
Indonesia. Material penyusun pantai tersebut biasanya terdiri atas pasir
bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai atau
berasal dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari
daratan, material penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai
jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu sendiri.

Pantai berlumpur yang banyak dijumpai di muara sungai yang ditumbuhi oleh
hutan mangrove, energi gelombang terdisipasi oleh hutan mangrove dan
lumpur. Pantai tipe ini banyak ditemui di pantai utara Pulau Jawa, pantai
timur Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Pantai tipe ini relatif mudah
berubah bentuk, mengalami deformasi, dan tererosi.

Proses pantai

Perubahan bentuk atau lebih dikenal sebagai morfologi pantai merupakan
hasil rangkaian proses pantai. Proses pantai yang sangat dominan terjadi di
Indonesia adalah erosi pantai. Proses pantai mencakup sirkulasi arus dan
dinamika gelombang serta interaksinya dengan sedimen.

Arus yang terjadi di pantai berasal dari arus laut global, arus akibat
angin, arus akibat pasang surut, ataupun arus akibat gelombang. Arus
global, arus akibat angin, dan arus pasang surut disebut shelf current atau
coastal current. Sementara itu, arus yang disebabkan gelombang dibedakan
menjadi littoral current dan orbital current. Arus litoral terjadi bila
arah gelombang membentuk sudut dengan garis pantai.

Arus orbital gelombang adalah arus yang disebabkan oleh kecepatan partikel
yang arahnya maju mundur searah dengan arah gelombang. Besar arus orbital
bergantung pada tinggi dan periode gelombang. Panjang daerah pengaruh arus
orbital ini sebanding dengan panjang gelombang.

Arus gelombang biasanya terjadi pada daerah antara gelombang pecah dan
garis pantai (surf-zone). Kedua arus inilah yang berperan dominan dalam
proses erosi pantai. Mekanisme gelombang di surf zone dimulai dengan
terjadinya gelombang pecah pada kedalaman kira-kira 1,25 kali tinggi gelombang.

Gelombang pecah ini membentuk bore yang merayap ke pantai dan naik ke swash
zone, kemudian kembali ke laut. Swash zone hanya sewaktu-waktu terendam
oleh air, dan dalam perjalanannya kembali ke laut, arus akan membawa
material sedimen. Energi eksternal ini bekerja secara kontinu sepanjang
pantai. Pada bagian yang relatif tidak memiliki daya tahan yang tinggi,
relatif lebih cepat terkikis dan sedimen akan terangkut bersama arus balik
ke laut (backwash). Terjadilah keseimbangan baru yang akan mempengaruhi
bentuk garis pantai.

Dikaitkan dengan kegiatan penambangan pasir laut, yang diduga dapat
menurunkan faktor peredaman energi eksternal, maka hilangnya terumbu
karang, padang lamun, hutan mangrove, atau pendalaman dasar perairan di
sekitar pantai berdampak pada meningkatnya intensitas energi eksternal yang
bekerja pada pantai.

Namun, kecepatan proses pengikisan pada intensitas energi yang sama pada
pantai masih bergantung pada material pembentuk pantai. Pantai yang
tersusun oleh materi yang tidak kompak (pasir dan lumpur) akan terkikis
lebih cepat dibanding pantai yang tersusun materi yang kompak (batu).

Pengikisan pantai merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan garis
pantai. Apabila proses ini berlangsung secara terus-menerus tanpa ada
faktor penghambat, maka proses pengikisan akan berlanjut pada daratan pulau
tersebut. Skala waktu, luas daratan, besaran energi eksternal, dan daya
tahan material penyusun daratan pulau akan menentukan apakah daratan
tersebut akan hilang atau tenggelam.

Upaya mitigasi

Kembali pada apakah penambangan pasir laut akan berdampak tenggelamnya
sebuah pulau, ini perlu dijawab secara hati-hati. Secara tidak langsung dan
pada skala waktu yang lama, kemungkinan ini akan terjadi. Namun di sisi
lain, dengan mengenal sifat dasar dinamika pantai dan faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi perubahan bentuk garis pantai, kita dapat merekomendasi
lokasi optimal untuk penambangan pasir laut dengan dampak minimal perubahan
keseimbangan alam dengan beberapa upaya.

Pertama, menetapkan kedalaman dan kemiringan/keterjalan maksimum lereng
pantai yang dapat mencegah terjadinya longsoran di daerah pantai akibat
penambangan pasir laut di daerah pantai (aspek geoteknologi).

Kedua, menetapkan kedalaman penambangan pasir untuk mencegah terjadinya
perubahan pola gelombang yang mengakibatkan konsentrasi gelombang di suatu
tempat tertentu di pantai yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
stabilitas pantai (aspek hidrooseanografi).

Mengingat penambangan pasir laut di sekitar pantai berdampak signifikan
terhadap stabilitas pantai, maka penetapan zona penambangan pasir akan
ideal apabila dilakukan di daerah perairan laut dalam.

Zeolit sebagai Mineral Serba Guna

Zeolit (Zeinlithos) atau berarti juga batuan mendidih, di dalam riset-riset kimiawan telah lama menjadi pusat perhatian. Setiap tahunnya, berbagai jurnal penelitian di seluruh dunia, selalu memuat pemanfaatan zeolit untuk berbagai aplikasi, terutama yang diarahkan pada aspek peningkatan efektivitas dan efisiensi proses industri dan pencemaran lingkungan.
Zeolit umumnya didefinisikan sebagai kristal alumina silika yang berstruktur tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O. Struktur zeolit sejauh ini diketahui bermacam-macam, tetapi secara garis besar strukturnya terbentuk dari unit bangun primer, berupa tetrahedral yang kemudian menjadi unit bangun sekunder polihedral dan membentuk polihendra dan akhirnya unit struktur zeolit.
Berikut adalah beberapa contoh jenis mineral zeolit beserta rumus kimianya :
Nama Mineral Rumus Kimia Unit Sel
Analsim Na16(Al16Si32O96). 16H2O
Kabasit (Na2,Ca)6 (Al12Si24O72). 40H2O
Klipnoptolotit (Na4K4)(Al8Si40O96). 24H2O
Erionit (Na,Ca5K) (Al9Si27O72). 27H2O
Ferrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72). 18H2O
Heulandit Ca4(Al8Si28O72). 24H2O
Laumonit Ca(Al8Si16O48). 16H2O
Mordenit Na8(Al8Si40O96). 24H2O
Filipsit (Na,K)10(Al10Si22O64). 20H2O
Natrolit Na4(Al4Si6O20). 4H2O
Wairakit Ca(Al2Si4O12). 12H2O
Di Indonesia, jumlah zeolit sangat melimpah dan tersebar di berbagai daerah baik di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Pemanfaatan zeolit Indonesia untuk penggunaan secara langsung belum dapat dilakukan, karena zeolit Indonesia banyak mengandung campuran (impurities) sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menghilangkan atau memisahkannya dari kotoran-kotoran.
Sifat Unik Zeolit
Karena sifat fisika dan kimia dari zeolit yang unik, sehingga dalam dasawarsa ini, zeolit oleh para peneliti dijadikan sebagai mineral serba guna. Sifat-sifat unik tersebut meliputi dehidrasi, adsorben dan penyaring molekul, katalisator dan penukar ion.
Zeolit mempunyai sifat dehidrasi (melepaskan molekul H20) apabila dipanaskan. Pada umumnya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata. Disini molekul H2O seolah-olah mempunyai posisi yang spesifik dan dapat dikeluarkan secara reversibel. Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.
Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusat-pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk karena adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis. Perbandingan kedua jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit dan kondisi reaksi. Pusat-pusat aktif yang bersifat asam ini selanjutnya dapat mengikat molekul-molekul basa secara kimiawi. Sedangkan sifat zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas didalam rongga dan dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak.
Aplikasi Zeolit
Seperti telah disinggung diatas, bahwasanya dalam dasawarsa ini, zeolt telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh aplikasinya :
Bidang/Sektor Aplikasi
Pertanian Penetral keasaman tanah, meningkatkan aerasi tanah, sumber mineral pendukung pada pupuk dan tanah, serta sebagai pengontrol yang efektif dalam pembebasan ion amonium, nitrogen, dan kalium pupuk.
Peternakan Meningkatkan nilai efisiensi nitrogen, dapat mereduksi penyakit lembuhg pada hewan ruminensia, pengontrol kelembaban kotoran hewan dan kandungan amonia kotoran hewan.
Perikanan Membersihkan air kolam ikan yang mempunyai sistem resikurlasi air, dapat mengurangi kadar nirogen pada kolam ikan.
Energi Sebagai katalis pada proses pemecahan hidrokarbon minyak bumi, sebagai panel-panel pada pengembangan energi matahari, dan penyerap gas freon.
Industri Pengisi (filler) pada industri kertas, semen, beton, kayu lapis, besi baja, dan besi tuang, adsorben dalam industri tekstil dan minyak sawit, bahan baku pembuatan keramik.

Senin, 18 Mei 2009

DIENG

field trip cilongok

Minggu, 17 Mei 2009

karang jambu mitgasi

semburan gas jatilawang

sektiat tanggal 9 mei 2009 lalu,daerah jatilawang di hebohkan oleh semburan gas metan


Blogger Templates by Isnaini Dot Com and 2009 Wedding Dresses. Powered by Blogger